Sekitarbeberapa bulan lalu ia bermimpi. Jumat (28/1/2022) kemarin barusan ada petunjuk lokasinya," kata Supardi. Baca juga: Bertambah 2, Ini Arti Tulisan 6 Nisan Kuno yang Ditemukan di Palembang. Nantinya, batu nisan kuno tersebut akan dijadikan sebagai wisata religi di desanya. "Berarti usia makam ini sekitar abad 15.
Palembang ANTARA - Tim Arkeolog Kantor Arkeologi Sumatera Selatan melakukan penelusuran ke empat kawasan di Kota Palembang untuk mencari nisan kuno lain yang ditemukan dari aktivitas penggalian untuk Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL di wilayah Pasar 16 Ilir. Arkeolog Kantor Arkeologi Sumatera Selatan Retno Purwati di Palembang, Sabtu mengatakan, penelusuran itu dilakukan di kawasan yang meliputi Kecamatan Gandus, Jakabaring, OPI dan Mata Merah Kecamatan Kalidoni, Palembang. Arkeolog menyakini dimungkinkan ada nisan yang terbawa bersama pembuangan tanah galian IPAL tersebut sebagaimana yang mereka temukan sebelumnya. Baca juga Kantor Arkeologi Sumsel rekomendasikan 6 nisan kuno dikonservasi "Keempat kawasan tersebut diketahui merupakan tempat dibuangnya tanah-tanah galian IPAL dari wilayah Pasar 16 Ilir," kata dia. Menurut dia, berdasarkan pengalaman sebelumnya dua dari enam nisan kuno yang berasal dari kawasan Pasar 16 Ilir tersebut ditemukan dilokasi pembuangan tanah bekas galiannya, yaitu di Tanjung Bakia, Tanjung Barangan, Palembang pada Rabu 19/1 malam. Sehingga temuan itu menjadi rujukan tim arkeolog melakukan penelusuran tersebut. "Sebagai langkah kami selanjutnya. Kami membagi tim peneliti untuk menelusuri kawasan berbeda, tempat dibuangnya tanah galian IPAL itu. Rencananya kemarin mau kesana, tapi karena ada kendala, maka baru mulai dilakukan pekan depan," kata dia. Baca juga Arkeolog bakal teliti batu nisan diduga makam kuno di Palembang Adapun sebelumnya Kepala Kantor Arkeologi Sumsel Wahyu Rizky Andifani mengatakan, timnya sudah menyelesaikan penelitian awal terhadap enam buah batu nisan kuno dari kawasan Pasar 16 Ilir tersebut. Hasilnya menjadi rekomendasi kepada Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan Dinas Kebudayaan Kota Palembang untuk melakukan tindakan konservasi lebih lanjut terhadap enam buah batu nisan kuno tersebut sebab mengandung unsur sejarah sebagai benda cagar budaya. Berdasarkan penelitian tahap pertama dan kajian literasi sejarah Palembang, diketahui pemilik enam nisan tersebut merupakan sebuah keluarga tetua muslim dan diduga merupakan keturunan pangeran. Baca juga Tolak IPAL di lokasi bersejarah, warga Banda Aceh surati Menteri PUPR ​​​​​Pengelola Data Arkeologi Inskripsi Arab kantor Arkeologi Sumatera Selatan Naf'an Ratomi mengatakan, inkripsi dari enam nisan tersebut terdiri dari aksara- bahasa Arab dan melayu. Masing-masing seperti misalnya pada nisan pertama terdiri dari empat baris yang bertuliskan Faqod intiqolat Ila rahmatillahil abror Niaji nadibah binti abdu Al aziz falembani atau maka telah berpulang ke rahmatullah dengan baik Niaji Nadibah anak perempuan Abdul Aziz dari Palembang. Pada nisan kedua terdiri dari lima baris, bertuliskan Faqod intiqol Ila rahmatillah Al malikul abror al marhum Haji abdurrahman raja Ismail atau maka telah berpulang ke rahmatullah raja yang baik Almarhum Haji Abdurrahman Raja Ismail. Lalu nisan ketiga terdiri dari empat baris yang bertuliskan Faqod intiqolat Ila rahmatillahil abror niaji rosyidah Binti haji abdurrahman raja Ismail Palembang atau telah berpulang ke rahmatullah dengan baik Niaji Rosyidah anak perempuan Haji Abdurrahman Raja Ismail dari Palembang. Nisan keempat terdiri dari empat baris Wakana wafatuhu Yaumil isnain Ūø Robi’ul Akhir Sanah Ū±Ū³Ū²Ū² atau Dan adapun wafatnya pada hari Senin, 8 Robiul Akhir Tahun 1322 H. Nisan kelima terdiri dari enam baris Berpindahlah Kepada rahmatullah Perempuan nama nur’aini Binti haji abdurrahman Kepada dua hari bulan Rabiul awal atau Telah berpulang ke rahmatullah perempuan bernama Nur’aini anak Perempuan Haji Abdurrahman pada Tanggal 2 Bulan Robi’ul Awal. Kemudian terakhir pada nisan keenam terdiri dari empat baris bertuliskan Hijratun nabi sholla Allahu alaihi wa sallam Wa kana wafatuha khomsatu wa’isrina Al qo’idah Sanatu tsala miatun waasyro Ba’da alpun Ū±Ū³Ū±Ū° atau Dan adapun wafatnya pada 25 Dzulkaidah Tahun 1310 Hijriah. "Aksara dan bahasa itu menggunakan bahasa arab dan bahasa melayu. Dari enam nisan yang sudah kami temui satu-satunya yang menggunakan bahasa melayu adalah nisan ke-lima, kemudian dari identifikasi ia adalah perempuan," kata dia. Dimana batu nisan tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja PT Waskita Karya saat mereka melakukan penggalian untuk proyek galian instalasi IPAL dikomplek pertokoan Tengkuruk Permai Blok C, 17 Ilir atau diwilayah sekitar Pasar 16 Ilir Palembang, pada 12/1 dan beredar di grup media sosial whatsapp melalui video penemuan berdurasi 19 detik pada Jumat 14/1. Kemudian berdasarkan rapat yang difasilitasi Dinas Kebudayaan Palembang dan dihadiri tim arkeolog dan pihak PT Waskita Karya pada Senin 17/1 pagi, disepakati untuk dilakukan pengangkatan kembali pada Senin 17/1 malam. Hal tersebut dikarenakan nisan-nisan itu telah dikuburkan lagi oleh pekerja Waskita untuk langkah pengamanan dan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Dari penggalian ulang di lokasi itu tim tersebut kemudian berhasil mengangkat empat buah batu nisan dan dua nisan lainnya ditemukan di Tanjung Bakia, Tanjung Barangan, Palembang pada Rabu 19/1 malam, lokasi ini merupakan tempat dibuangnya tanah galian proyek IPAL tersebut. Hingga akhirnya saat ini keenam nisan tersebut disimpan di Dinas Kebudayaan Kota Palembang. Pewarta Muhammad Riezko Bima ElkoEditor Heru Dwi Suryatmojo COPYRIGHT Ā© ANTARA 2022
Arkeologdari Kantor Arkeologi Sumsel mengidentifikasi empat batu nisan kuno di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (18/1/2022). Empat batu nisan kuno berlafaz Arab tersebut ditemukan di kawasan 16 Ilir Palembang tersebut diduga berasal dari abad 19 sampai 20 pasca Kesultanan Palembang. (FOTO : ANTARA/Nova Wahyudi) - Kerajaan Samudera Pasai adalah kerajaan bercorak Islam di Sumatera yang pernah berkuasa dari abad ke-13 hingga abad ke-16. Pendiri Kerajaan Samudera Pasai adalah Marah Silu, yang setelah menjadi raja bergelar Sultan Malik Al-Saleh. Kerajaan ini berhasil berkembang pesat dan menjadi pusat perdagangan karena letaknya yang sangat strategis berada di dekat Selat Malaka, atau lebih tepatnya di Kota Lhokseumawe, terkenal yang kemudian berhasil membawa Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan adalah Sultan Mahmud Malik Az Zahir, yang berkuasa antara 1326-1345 M. Kejayaan kerajaan ini dapat dilihat dari aktivitas perdagangan yang maju dan ramai, menggunakan koin emas sebagai alat pembayaran, dan menjadi pusat perkembangan agama Islam. Setelah beberapa abad berkuasa, Kerajaan Samudera Pasai runtuh pada abad ke-16 karena beberapa sebab. Kerajaan Samudera Pasai menyisakan beberapa peninggalan yang kemudian digunakan oleh para ahli sebagai sumber sejarah. Berikut ini beberapa peninggalan Kerajaan Samudera Pasai. Baca juga Raja-Raja Kerajaan Samudera Pasai Makam Sultan Malik Al-Saleh Kerajaan Samudera Pasai meninggalkan jejak berupa beberapa makam dengan batu nisan yang indah bentuknya. Salah satunya adalah makam Sultan Malik Al-Saleh atau Marah Silu, pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Samudera Pasai. Makam dengan angka 1297 M ini diklaim sebagai batu nisan tertua yang ditemukan. Batu nisan pada makam Sultan Malik Al-Saleh menunjukkan bukti adanya pengaruh Islam dari Gujarat di Samudera Pasai. Makam Sultanah Nahrasiyah Makam Sultanah Nahrasiyah terletak di Desa Meunasah Kuta Krueng, Kecamatan Samudera. Pada batu nisan ratu pertama Kerajaan Samudera Pasai ini, terdapat kaligrafi yang berisi kutipan Surat Yasin dan Ayat Sultanah Nahrasiyah yang sangat megah didatangkan langsung dari Kamboja. Selain makam Sultan Malik Al-Saleh dan Sultanah Nahrasiyah, Kerajaan Samudera Pasai juga meninggalkan beberapa makam raja lainnya. Seperti contohnya Makam Sultan Muhammad Malik Al Zahir dan makam putranya, Sultan Mahmud Malik Az Zahir. Baca juga Kerajaan Samudera Pasai Sejarah, Masa Kejayaan, dan Peninggalan Lonceng Cakra Donya Lonceng Cakra Donya adalah peninggalan Kerajaan Samudera Pasai yang diperkirakan dibuat pada 1409 M. Lonceng setinggi 125 cm dan lebar 75 cm ini berupa mahkota besi berbentuk stupa. Lonceng Cakra Donya diduga sebagai hadiah dari kekaisaran Cina kepada Sultan Samudera Pasai. Dirham peninggalan Kerajaan Samudera Pasai Samudera Pasai merupakan kerajaan makmur yang telah mengeluarkan mata uang sebagai alat pembayaran, yaitu uang dirham yang terbuat dari emas. Dirham Kerajaan Samudera Pasai pertama kali dikeluarkan pada periode pemerintahan raja keduanya, yaitu Sultan Muhammad Malik Al Zahir. Koin berbahan emas yang menjadi alat pembayaran ini kemudian diperkenalkan oleh orang-orang kerajaan kepada bandar perdagangan di nusantara, seperti bandar Malaka. Atas dasar mata uang emas yang pernah ditemukan pula, dapat diketahui pula beberapa nama raja yang pernah memerintah di Kerajaan Samudera Pasai. Hikayat Raja-Raja Pasai Hikayat Raja-Raja Pasai adalah karya dalam Bahasa Melayu yang diperkirakan ditulis pada abad ke-14. Isi karya sastra ini menceritakan tentang Kerajaan Samudera Pasai, termasuk mimpi Marah Silu yang bertemu Nabi Muhammad kemudian mengislamkannya. Referensi Amarseto, Binuko. 2017. Ensiklopedia Kerajaan Islam di Indonesia. Yogyakarta Relasi Inti Media. Hastuti, Sri. 2019. Peninggalan Bersejarah di Indonesia. Sukoharjo Graha Printama Selaras. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

SRIPOKUCOM, PALEMBANG - Batu nisan kuno yang ditemukan di Komplek Pertokoan Tengkuruk Permai Blok C, 17 Ilir, Palembang kini telah dipindahkan ke Museum Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang. Sebelumnya, batu nisan yang terkubur di tanah itu dikeruk menggunakan eskavator pada Senin (17/1/2022) malam. Batu nisan tersebut diperkirakan ada pada tahun 1322 Hijriah atau 1904 Masehi.

- Semakin hari, politik bikin manusia Indonesia bertindak aneh. Di Bone Bolango, Gorontalo, misalnya, dua kuburan harus dipindahkan gara-gara keluarga jenazah berbeda pilihan caleg dengan pemilik tanah yang masih punya hubungan keluarga. Kasus ini jelas mengoyak rasa kemanusiaan dan menepikan makna penting kuburan dalam jagad kebudayaan Indonesia. Leluhur kita memandang kuburan bukan sekadar gundukan tanah dan tempat menimbun orang mati. Bila kuburan dianggap sepele, tidak mungkin para cendekiawan Jawa masa lampau menelurkan sinonim kuburan lebih dari lima, yakni kramatan, makaman, hastana, pasarean, dan jaratan. Sederet sinonim ini tertuang pada koran Darmo Kondo yang terbit di permulaan abad ke-20, yang saya telusuri di Perpustakaan Nasional lama lantai 8. Catatan yang lebih lawas, Babad Tanah Jawa, juga melukiskan kesakralan makam sebagai pusaka keraton "Betapa sedihnya hati saya bahwa semua pusaka telah diambil oleh putera saya raja Amangkurat Mas. Tetapi, saya tahu bahwa sekalipun semua barang pusaka yang lain pun diambil, namun kalau saja Masjid Demak dan Makam Adilangu tetap ada, maka itu sudah cukup. Hanya dua inilah yang merupakan pusaka sejati Tanah Jawa." Agama dan Makam Saking lekatnya relasi antara agama dengan makam, kakek moyang kita tak segan pula menaruh makam berdekatan dengan ruang sembahyang. Lihat saja di sekitar masjid Kota Gedhe, disemayamkan jasad para peletak dasar kerajaan Mataram Islam, yakni Ki Gede Pemanahan, Panembahan Senapati, dan Sunan Seda ing Krapyak. Selain itu, dijumpai pula makam Sultan Hamengku Buwana II, Pangeran Adipati Pakualam I, serta sejumlah besar makam keluarga raja Mataram lainnya. Dalam struktur ruang Keraton Plered 1625-1677 yang didirikan Sultan Agung, Inajati Andrisijanti dalam Arkeologi Perkotaan Mataram Islam 2001 juga menemukan makam kuno di sebelah barat reruntuhan masjid. Kenyataan ini membuktikan bahwa kombinasi masjid dengan makam menandakan orang Jawa begitu menghormati jasad manusia. Sekalipun raganya sudah berkalang tanah, tapi ruhnya diyakini masih hidup dan membersamai ngemong anak-cucunya dalam menentukan garis nasib di alam nyata. Makam bayi trek-trekan yang bercokol di bekas masjid juga dirawat dengan baik. Realitas ini dapat ditemukan di Kauman, Mangkunegaran Surakarta. Kala tertentu, sebagian orang masih menziarahi makam yang berada di dalam bengkel itu. Penduduk setempat tak berani mengutak-atik, terlebih meratakannya dengan tanah. Diyakini, yang dikubur di sini ialah buah hati Gusti Mangkunegara IV. Keterangan lisan ini ternyata cocok dengan fakta yang tersurat dalam Babad LĆŖlampahanipun RadĆØn Mas Arya GĆ“ndakusuma MN IV 1853-1881 ā€œKala kagungan putra kaping 14 miyos putri, seda sareng kalihan ibu, ing malem Jumuwah Kaliwon, wanci jam 3 tanggal kaping 27 wulan Sapar, ing tahun Jimakir, ongka 1778. Layonipun raden ayu wau kasareaken ing ardi Mangadeg, putrinipun wonten ing Masjid Kauman bebasnya ā€œKetika melahirkan anak yang ke 14, yang meninggal bersama ibunya, di malam Jumat Kliwon, pukul 3 tanggal 27 bulan Sapar, tahun Jimakir, 1778. Jenazah raden ayu disemayamkan di Ardi Mangadeg, putrinya di Masjid Kauman Ler.ā€ Penggal informasi tersebut menjelaskan bayi yang meninggal kala lahir tidak dimakamkan di kuburan umum, melainkan tak jauh dari tempat tinggal orang tuanya. Dalam pandangan orang Jawa, bayi yang tutup usia ini dianggap masih membutuhkan ā€œbimbinganā€ orang tua, sehingga tidak bisa dijauhkan dari rumah. Pertanyaannya kemudian, bagaimana strategi agar kuburan tidak hilang atau rata dengan tanah? Tempo dulu, kelompok bangsawan, priyayi, dan wong cilik belum mengenal nisan untuk menandai kuburan supaya tidak hilang, sekaligus membubuhkan nama jenazah bersangkutan. Agar kuburan tidak ditumpuk oleh orang lain maupun lenyap di kemudian hari, cukup diberi penanda batu hitam sederhana atau kijing. Perayaan ngijing alias ritual pemasangan batu dikerjakan oleh keluarga dan harus mengikuti aturan, yakni pada acara nyewu atau peringatan seribu hari meninggalnya orang yang dikubur tersebut. Jika prosesi ngijing nekat dilakukan seketika itu juga atau pada perayaan seratus hari, mereka khawatir tanah kuburan bakal jeglong mencekung lantaran jasad orang yang meninggal belum hancur dan menyatu dengan Akulturasi Kuburan juga jadi medan akulturasi yang ampuh dalam tradisi Nusantara. Nisan sebagai pelengkap kuburan di Indonesia sebenarnya hasil pengaruh dari kebudayaan orang Eropa yang datang ke Nusantara. Dalam Kamus Umum Belanda-Indonesia 2001 anggitan Wojowasito, yang dimaksud batu nisan ialah kata grafzerk ā€œbatu kubur/nisan yang dibaringkan di atas makam. Menurut Lilie Suratminto dalam Makna Sosio-Historis Batu Nisan VOC di Batavia 2008, batu nisan ditemukan sepanjang periode VOC berada di Nusantara 1616-1799. Istilah nisan, menurut Dirk van Hinloopen Labberton 1934, seorang amtenar kolonial yang banyak meneliti tradisi Indonesia, berasal dari bahasa Arab "nisyan", yang bermakna tonggak di atas makam Islam. Setelah diusut lebih jauh dalam berbagai kamus Arab, ternyata tiada ditemukan lema nisyan. Memang tidak dikenal terminologi nisan dalam budaya Arab. Orang yang dikebumikan lazimnya tidak dikasih tanda batu nisan laiknya di Indonesia. Muncul dua penafsiran atas istilah nisan. Pertama, ā€œnisanā€ merupakan turunan kata nasiya ā€œlupaā€ kata kerja, sementara kata bendanya nasyanaan atau nisyaanan. Ringkasnya, biar tidak lupa pada makam yang wafat, ditaruh tanda nasyaanan nisyaanan. Tafsir kedua, lema nisan bermuasal dari kata al insan manusia’, sebab antara kata insan dan nisyaanan begitu dekat. Terdapat ungkapan dalam bahasa Arab Summiyal insanu li nisyanihi. Artinya, Dia dikatakan manusia lantaran bersifat lupa. Selarik ungkapan lainnya Al insan mahallul khatta’ wa nisyan. Kalimat tersebut memuat arti bahwa manusia itu memiliki kecenderungan salah dan lupa. Infografik Makam Bila kita cermati, tampaknya tafsir terakhir lebih mendekati kebenaran, yakni kata ā€œnisanā€ bermula dari kata insan, lantas berubah menjadi ā€œnisanā€. Perubahan itu diduga kuat lantaran adanya gejala bahasa metatesis, yaitu perubahan letak huruf, bunyi, atau suku kata dalam kata. Semisal, riwa-riwi bersalin menjadi wira-wiri, dan rontal bersalin lontar. Demikian pula sangat mungkin perubahan letak i dan n dalam insan dan nisan. Dari kilas balik ini, kita disadarkan bahwa kuburan komplit dengan nisan maupun kijing bukan sekadar penanda identitas dan status sosial orang yang dikubur, tapi juga bentuk penghormatan manusia yang hidup kepada mereka yang telah meninggal. Sepanjang sejarah, kuburan hampir tidak pernah dikorbankan dalam jagat politik dan dirusak. Banyak orang takut kualat jika bertindak demikian. Makam justru dirawat melalui tradisi budaya nyadran yang mewarisi sisa kepercayaan animisme-dinamisme. Ringkasnya, ritual nyadran bukanlah ajang hura-hura atau berbau klenik, namun mengingatkan akan kematian dan memosisikan kuburan sebagai bukti sejarah. Di samping berpotensi untuk obyek wisata religi, kuburan dan batu nisan mampu meronce tali sejarah keluarga agar tidak terhapus dalam ingatan generasi sesudahnya. Barangkali hanya di Indonesia, kuburan masih saja kena imbas perpecahan politik.==========Heri Priyatmoko adalah dosen sejarah di Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dan pendiri Solo Societeit. - Sosial Budaya Penulis Heri PriyatmokoEditor Ivan Aulia Ahsan
Padamakam yang ditemukan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Dumuskadu, Sabtu (9/7/2022), itu di batu nisannya ada yang bertuliskan aksara Arab dan ada yang Sunda Kuno.
Salah satu teori tentang masuknya agama Islam ke Nusantara adalah teori Gujarat. Teori ini beranggapan bahwa agama dan kebudayaan Islam dibawa oleh para pedagang dari daerah Gujarat, India yang berlayar melewati selat Malaka. Teori ini menjelaskan bahwa kedatangan Islam ke Nusantara sekitar abad ke 13, melalui kontak para pedagang dan kerajaan Samudera Pasai yang menguasai selat Malaka pada saat ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai, Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel. Dengan demikian, Berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia, di perkirakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang dari Gujarat/India.
REPUBLIKACO.ID, PALEMBANG -- Arkeolog yang tergabung dalam Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Palembang, Sumatera Selatan, bakal meneliti lebih lanjut penemuan batu nisan diduga makam kuno zaman Kesultanan Palembang. Batu nisan tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja PT Waskita Karya saat melakukan penggalian untuk proyek galian instalasi IPAL di kawasan 16 Ilir, Palembang, pada

Jakarta - Ada sejumlah bukti mengenai proses masuknya Islam ke Indonesia. Salah satunya dari batu nisan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia diperkirakan agama Islam dibawa masuk oleh para pedagang yang berasal dari Gujarat, yang dimuat dalam teori Gujarat yang dikemukakan oleh Snouck Hurgonje dan J. tersebut dikatakan dalam buku Awal Mula Muslim di Bali Kampung Loloan Jembrana Sebuah Entitas Kuno karya Bagenda Ali. Dalam teori ini juga menyebutkan bahwasanya Islam di Indonesia sebenarnya berasal dari Gujarat India, tepatnya masuk sejak abad ke-8 M. Islam masuk ke Indonesia pada masa itu melalui wilayah anak benua India, seperti Gujarat, Bengali, dan pada saat itu Indonesia-yang dikenal dengan Nusantara-juga telah menjalin hubungan dagang dengan India melalui saluran Indonesia-Cambay. Teori ini juga merujuk pada penemuan batu nisan kuno milik Sultan Samudra Pasai, yaitu Malik as-Saleh berangka tahun 1297 M yang bercorak dalam buku yang sama, teori ini juga menjelaskan bahwa pada corak ajaran Islam yang cenderung memiliki warna tasawuf. Ajaran ini diterapkan oleh orang muslim India Selatan yang mirip dengan ajaran Islam di Indonesia pada awal berkembangnya Masuknya Islam ke IndonesiaSecara lebih lengkap juga disampaikan dalam buku Aboebakar Atjeh yang berjudul Sekitar Masuknya Islam ke Indonesia dari Dr. C. Snouck Hurgonje dalam bukunya De Islam in Nederlandsch-Indie Seri II, No 9 dari "Groote Godsdiensten" mengenai masuknya Islam ke saat itu, ketika Raja Mongol Hulagu dalam tahun 1258 M menghancurkan Baghdad yang lebih dari pada lima abad lamanya merupakan ibu negeri kerajaan Islam seolah-olah berdampak pada kerajaan Islam yang semakin setengah abad sebelum terjadinya kejadian itu Islam perlahan-lahan mulai berkembang dan masuk ke pulau-pulau di Indonesia dan sekitarnya. Perkembangan ini tentunya tidak dicampuri oleh sesuatu usaha pemerintahan mulai memasuki wilayah Indonesia mulai dari pulau-pulau atau wilayah yang berada di pesisir yaitu pesisir Sumatra, seluruh Jawa, keliling pantai Borneo. Hal itu dikarenakan Islam dibawa oleh para pedagang atau saudagar-saudagar Islam yang ingin berjualan sekaligus menyebarkan agama dari situ, akhirnya orang-orang yang telah memeluk Islam dari pesisir mulai bergerak menuju pedalaman berbagai rintangan mereka tempuh baik secara perdamaian hingga menggunakan samping itu, menurut Dr. Schrieke, diperkirakan Samudra Pasai sudah masuk Islam sejak tahun 1270-1275. Hal tersebut juga dijelaskan dalam uraian M. Yunus Jamil tepatnya dalam pertengahan abad ke XIII mengislamkan Merah Silu dengan kedua pembesarnya, yaitu Seri Kaya dan Bawa masuk Islam, keduanya berganti nama menjadi Sidi Ali Khiatuddin dan Sidi Ali Hasanuddin. Kemudian, Merah Silu pun turut masuk Islam karena bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW, Merah Silu pun turut berganti nama setelah masuk Islam menjadi Sultan Malik as-Saleh dan memerintah Samudra dari buku Sejarah Islam di Nusantara karya Michael Francil Laffan, menambahkan mengenai silsilah kerajaan Melayu, yaitu Samudra Pasai ke dalam Sulalat al-Salatin Silsilah Para Sultan milik Kesultanan Malaka, yang memasukkan garis keturunan Muhammad itu saja, dalam buku tersebut juga menjelaskan bahwa Ibn Battuta 1304-1377 yang kelahiran Tangiers mengklaim bahwasanya penguasa Samudra Pasai menganut Mazhab Syafi'i. Simak Video "Aksi Petugas Satpol PP Tangerang Banting Pedagang Saat Penertiban" [GambasVideo 20detik] kri/kri

MoluccasIslands which is rich of spices has become an appeal for the foreign trades to come make a trades of spices. The first foreign traders who visited the Moluccas Island are muslim Arab traders. The entry of Islam into Jaillolo is marked by the
› Nusantara›Batu Nisan Kuno di Jalan Tol... Penemuan batu nisan kuno yang diduga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam di lokasi pembangunan jalan Tol Aceh perlu dikaji mendalam. Para pihak meminta pembangunan infrastruktur tanpa harus merusak bukti sejarah. KOMPAS/ZULKARNAINI Batu nisan kuno ditemukan di lokasi pembangunan jalan Tol Banda Aceh-Sigli, di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Kamis 11/2/2021. Batu nisan tersebut diduga peninggalan masa Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-15 dan awal abad ACEH, KOMPAS — Penemuan batu nisan kuno yang diduga peninggalan Kesultanan Aceh Darussalam di lokasi pembangunan jalan tol Aceh perlu dikaji mendalam. Para pihak meminta pembangunan infrastruktur tanpa harus merusak bukti sejarah dan batu nisan kuno ditemukan saat petugas melakukan pembersihan lahan di kawasan Gerbang Tol Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman, Kamis 11/2/2021, menuturkan, nisan kuno di lokasi pembangunan jalan tol harus dilindungi. Dia berharap lokasi pembangunan jalan digeser sedikit sehingga tidak terkena batu nisan. ā€Nisan ini adalah situs peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam berusia ratusan tahun,ā€ ujar itu, Mawardi meminta kepada Hutama Karya, perusahaan pembangunan jalan tol Banda Aceh-Sigli, untuk menunda sementara pembersihan lahan. Mawardi mengajak para pihak untuk menyematkan peninggalan sejarah ini adalah situs peninggalan Kerajaan Aceh Darussalam berusia ratusan tahun.ā€Kasus seperti ini pernah terjadi di Jawa Timur. Kemudian posisi jalan tol digeser untuk menyelamatkan situs. Seharusnya hal ini juga dilakukan di Aceh,ā€ Juga Situs Kerajaan Aceh DitelitiMawardi mengatakan, pada masa Kesultanan Aceh Darussalam, Kawasan Baitussalam, Kajhu, Lambada, dan sekitarnya merupakan wilayah kekuasaan kerajaan. Bahkan, Kawasan itu disebut sebagai tempat tinggal keluarga besar Tol Trans-Sumatera per 15 Oktober 2020Dihentikan sementaraManager Teknik Hutama Karya Pembangunan Jalan Tol Banda Aceh-Sigli Khrisna Aditya Yudha menuturkan, untuk sementara, pekerjaan kontruksi di lokasi itu dihentikan hingga ada keputusan bersama para pihak. Namun, tanah tersebut telah dibebaskan untuk kepentingan pembangunan jalan penemuan batu nisan dibatasi dengan garis polisi agar tidak diakses bebas oleh warga. ā€Kami menunggu hasil evaluasi dari Balai Pelestarian Cagar Budaya,ā€ kata dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, Andi Irfan Syam, menuturkan, timnya sedang mengumpulkan data awal atau observasi. Data-data yang ditemukan di lapangan akan dikaji lebih dalam untuk menentukan kebijakan apa yang diambil.ā€Kami akan bekerja sama dengan pemerintah daerah mencari solusi terbaik terkait penemuan batu nisan kuno ini,ā€ kata Juga Situs Purbakala di Tol Pandaan-Malang Dikaji Arkeolog Aceh, Tarmizi Hamid, menuturkan, penemuan situs sejarah itu sangat mengejutkan sebab selama ini tertimbun lumpur tsunami. Menurut dia, batu nisan itu peninggalan dari abad ke-15 atau awal abad ke-16 sebab bentuk batu nisan masih polos dengan ukiran HUTAMA KARYA Batu nisan kuno ditemukan di lokasi pembangunan jalan Tol Banda Aceh-Sigli, di Desa Kajhu, Kecamatan Baitussalam, Aceh Besar, Kamis 11/2/2021. Batu nisan tersebut diduga peninggalan masa Kesultanan Aceh Darussalam abad ke-15 dan awal abad ke-16.ā€Dari bentuknya, batu nisan itu sebelum masa kejayaan Kesultanan Aceh Darussalam,ā€ ujarnya sembari menambahkan para pakar perlu diajak untuk melakukan penelitian lebih jauh terhadap batu nisan tersebut. Dia berharap situs itu diselamatkan sebab punya nilai sejarah Juga Situs Kerajaan Aceh Terancam Rusak Bacajuga: Misteri Relasi Nisan Kuno di Azerbaijan & Indonesia. Menurut Dubes Husnan, jika merunut pada kedua teori tersebut, Islam pada masa periode perkenalan dan penyebaran, datang dari wilayah Arkeolog akan meneliti batu nisan diduga makam kuno di Palembang Foto ilustrasi PALEMBANG - Arkeolog yang tergabung dalam Tim Ahli Cagar Budaya TACB Palembang, Sumatera Selatan, bakal meneliti lebih lanjut penemuan batu nisan diduga makam kuno zaman Kesultanan Palembang. Batu nisan tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh para pekerja PT Waskita Karya saat melakukan penggalian untuk proyek galian instalasi IPAL di kawasan 16 Ilir, Palembang, pada Rabu 12/1 dan beredar di grup media sosial whatsapp melalui video penemuan berdurasi 19 detik pada Jumat 14/1. Kepala TACB Palembang Retno Purwati di Palembang, Senin 17/1/2022, mengatakan, berdasarkan hasil rapat yang difasilitasi Dinas Kebudayaan Kota Palembang dan dihadiri oleh pihak PT Waskita Karya, tim arkeolog sudah mendapatkan izin untuk memeriksa batu nisan tersebut. "Kami ke tempat penemuan nanti malam jam WIB untuk menyaksikan langsung proses pengangkatan kembali nisan, sehingga bisa diperiksa lebih lanjut. Karena nisan itu telah dikuburkan lagi oleh pekerja Waskita untuk langkah pengamanan dan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab," kata Retno yang juga arkeolog dari Kantor Arkeologi Sumatera Selatan. Menurut dia, pihaknya belum melihat secara langsung nisan tersebut sehingga belum dapat memastikan apakah benar batu nisan tersebut merupakan peninggalan zaman Kesultanan Palembang. Namun, lanjutnya, berdasarkan bentuk dan tulisan di batu nisan yang dilihatnya dalam video yang beredar dan dicocokkan dengan lokasi penemuan tersebut tidak menutup kemungkinan itu benar memang benda penting dan bersejarah. "Kemungkinan bisa saja benar karena memang lokasi penemuannya di 16 Ilir berada di dekat bekas Keraton Beringin Janggut," imbuhnya. Ia memperkirakan batu nisan tersebut peninggalan masa Gede Ing Suro abad ke-16 dan abad ke-19. Sebab, nisan bertipe Demak dan bertulisan menggunakan Aksara Jawi banyak ditemukan di Palembang seperti di Kawah Tengkureb, Kebon Gede dan Sabokingking. "Terlepas nantinya apakah benar nisan itu dari dulunya ada di situ atau proses karena transformasi atau pemindahan baru. Lihat nanti malam, mudah-mudahan cuaca mendukung," kata dia. sumber AntaraBACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini Batunisan kuno Barus adalah sekumpulan ratusan makam tua dengan gaya Arab Islam yang ditemukan di kota Barus, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Area pemakaman ini menjadi lokasi kunjungan wisata baik bagi wisatawan, peziarah, juga arkeolog dan peneliti Islam lokal maupun mancanegara. Pada tahun 2017, Presiden Joko Widodo juga meresmikan tugu di Barus sebagai titik nol pusat peradaban Islam
January 11, 2023 Pengetahuan Umum 5 Views Banyak orang di Indonesia merayakan hari raya Idul Fitri sebagai hari raya keagamaan Islam yang penting. Namun, beberapa orang mungkin tidak tahu bahwa Islam sebenarnya telah ada di Indonesia sejak lama. Faktanya, ada beberapa bukti sejarah yang menunjukkan bahwa agama Islam sudah ada di Indonesia pada masa lalu. Salah satu buktinya adalah batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia. Batu Nisan Kuno Batu Nisan KunoAgama Islam Dibawa Masuk OlehPerkembangan Agama Islam di IndonesiaKesimpulan Source Batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia merupakan bukti sejarah yang sangat penting. Batu nisan ini berasal dari abad ke-9 Masehi dan ditemukan di daerah Jambi, Sumatera. Batu nisan ini memiliki tulisan Arab yang menunjukkan adanya pengaruh agama Islam pada saat itu. Dalam tulisan Arab pada batu nisan tersebut, terdapat nama seorang Muslim yang telah meninggal dunia. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu, ada komunitas Muslim di Indonesia yang sudah memiliki tradisi pemakaman yang sama dengan tradisi pemakaman Muslim pada umumnya. Agama Islam Dibawa Masuk Oleh Source Berdasarkan bukti sejarah yang ada, agama Islam diperkirakan dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang Arab pada abad ke-7 Masehi. Para pedagang Arab tersebut melakukan perdagangan di berbagai daerah di Indonesia dan membawa ajaran agama Islam bersama mereka. Para pedagang Arab tersebut kemudian menikahi perempuan-perempuan lokal dan membentuk keluarga yang menjadi cikal bakal dari komunitas Muslim di Indonesia. Dalam perkembangannya, agama Islam di Indonesia mengalami banyak perubahan dan adaptasi dengan budaya lokal yang ada. Perkembangan Agama Islam di Indonesia Source Perkembangan agama Islam di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan budaya lokal yang ada. Di daerah Aceh, misalnya, agama Islam telah berkembang sejak abad ke-12 Masehi dan menjadi agama yang dominan di daerah tersebut. Sementara itu, di daerah Jawa, agama Islam baru mulai berkembang pada abad ke-16 Masehi. Agama Islam di Jawa mengalami banyak adaptasi dengan budaya lokal yang ada, seperti tradisi wayang dan gamelan yang dijadikan sebagai sarana dakwah. Kesimpulan Berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di Indonesia, diperkirakan agama Islam sudah ada di Indonesia sejak abad ke-9 Masehi. Agama Islam diperkirakan dibawa masuk ke Indonesia oleh para pedagang Arab pada abad ke-7 Masehi dan kemudian berkembang dengan banyak adaptasi dengan budaya lokal yang ada. Saat ini, agama Islam merupakan agama yang sangat penting di Indonesia dan menjadi salah satu agama yang dominan di negara ini. Check Also Usaha yang Tak Pernah Sepi, Temukan Ide Bisnisnya di Sini! Advertisement! Source Bisnis Online Bisnis online merupakan salah satu jenis bisnis yang sekarang sedang … Alasan Bahasa Melayu Yang Dipilih Menjadi Cikal Bakal Bahasa Indonesia Advertisement! Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI. Bahasa ini digunakan sebagai … Mengapa Bangsa Indonesia Harus Menjaga Persatuan Dan Kesatuan Advertisement! Source Pendahuluan Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai suku, agama, dan budaya. …
Berdasarkanbatu nisan kuno yang ditemukan di indonesia diperkirakan agama islam dibawa masuk oleh pedagang dari . gujarat. Baca Juga : Pertumbuhan penduduk yang terlalu cepat akan menimbulkan masalah sebagai berikut, kecuali ?
Baku - Sekelompok nisan kuno di Azerbaijan mirip dengan nisan-nisan di Barus-Sumatera Utara dan Aceh Utara. Nah bagaimana hubungannya dengan masuknya Islam ke Nusantara?Diketahui bahwa masyarakat Islam Indonesia merupakan mayoritas di negerinya dan di dunia, namun sejarah masuk dan berkembangnya agama ini untuk pertama kali di wilayah Nusantara ini masih menjadi bahan perdebatan, demikian dipaparkan Dubes RI untuk Azerbaijan, Husnan Bey Fananie dalam keterangan tertulis yang diterima. Sampai kini, imbuh Dubes Husnan, belum ada kesepakatan di antara para sejarawan mengenai awal kedatangan Islam serta juga asal pembawa ajaran tersebut. Sementara ini teori-teori yang ada tentang masuknya Islam ke Nusantara atau kepulauan Indonesia, dapat dibagi menjadi dua kategori. Dua Teori Masuknya Islam ke NusantaraTeori pertama menyebutkan bahwa penyebaran agama Islam ke Indonesia telah terjadi pada abad ke-7 M, yang berarti hampir bersamaan dengan meluasnya kekuasaan daulah Islamiyyah di bawah kekuasaan Bani Umayyah 661-750 ke luar wilayah Jazirah Arab yang sekarang disebut sebagai "Timur-Tengah". Pendukung teori pertama ini antara lain WP Groeneveldt, TW Arnold, Syed Naquib Al-Attas, JC van Leur, HAMKA, dan Uka Tjandrasasmita. Sedangkan kategori teori kedua mengatakan bahwa penyebaran Islam ke wilayah kepulauan Indonesia baru terjadi pada abad ke-13 M. Pendukung dari kategori teori kedua ini antara lain C Snouck Hourgronje, RA Kern, JP Moquette, dan Haji Agus Salim. Artinya Islam menyebar ke Nusantara pada masa Bani Abasiyyah 750-1258 M menjadi penguasa di Timur Dubes Husnan, jika merunut pada kedua teori tersebut, Islam pada masa periode perkenalan dan penyebaran, datang dari wilayah Kaukasus, khususnya Azerbaijan yang saat itu masuk dalam wilayah Persia raya. "Hal ini menguatkan tentang gelombang kedatangan Islam di Indonesia, selain dari Jazirah Arab juga dari wilayah kaukasus, Azerbaijan yang dibawa oleh para kaum sufi Asia Tengah yg memang tempat berkembang pesatnya gerakan tareqat," kata Husnan di Teori KetigaDitambahkan peneliti dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia FIB UI yang juga pakar studi Persia, Bastian Zulyeno, PhD yang sedang melakukan pre-riset tentang nisan kuno di Azerbaijan dan masuknya Islam ke Nusantara, riset ini bisa jadi memunculkan teori ketiga. Foto Makam dan nisan kuno di Azerbaijan yang mirip dengan makam-nisan kuno di Barus-Sumut dan Aceh Utara-Aceh Dokumentasi Dubes RI untuk Azerbaijan Husnan Bey Fananie"Selama ini dikenal Islam masuk ke Indonesia pada Abad ke-14, dengan adanya penemuan ini, bisa jadi Islam masuk lebih awal pada Abad ke-11, seperti nisan yang kami temukan di Barus. Dari 2 teori itu, saya cenderung di tengah-tengahnya berdasarkan syair-syair yang ada di Barus, itu dari penyair Abad ke-10," urai dia. Foto Papan tingi Barus Dokumentasi Bastian ZulyenoSedangkan makam dan nisan kuno yang ditemukan di Kabupaten Aceh Utara pada 2014 lalu, yang didapati ada syair Persianya, bisa disimpulkan 'penghuni makam' itu semasa hidupnya adalah penyebar Islam di Indonesia dari kaum Tim Sedang melakukan pengukuran Nisan Anonim, di Desa Sera Jaman, Kecamatan Tanah Luas, Kab. Aceh Utara Dokumentasi Kemdikbud"Cluenya adalah penyebar Islam di Indonesia juga dari kaum sufi, itu tidak terbantahkan. Nah yang datang ke Indonesia itulah kaum sufi yang berasal dari Kaukasus-Asia Tengah-Persia, dan wilayah itu adalah Azerbaijan dan sekitarnya," demikian diuraikan Bastian. Husnan dan Bastian pun berharap jika penemuan awal ini dapat membuka riset lebih lanjut yang berkenaan dengan sejarah awal mulanya Islam datang ke Indonesia yang sampai hari ini masih bias informasinya. Khususnya hubungan antara Nusantara-Kaukasus, khususnya Azerbaijan. nwk/ams
.
  • 55ijfe61y8.pages.dev/924
  • 55ijfe61y8.pages.dev/636
  • 55ijfe61y8.pages.dev/561
  • 55ijfe61y8.pages.dev/314
  • 55ijfe61y8.pages.dev/735
  • 55ijfe61y8.pages.dev/269
  • 55ijfe61y8.pages.dev/213
  • 55ijfe61y8.pages.dev/30
  • 55ijfe61y8.pages.dev/792
  • 55ijfe61y8.pages.dev/514
  • 55ijfe61y8.pages.dev/750
  • 55ijfe61y8.pages.dev/962
  • 55ijfe61y8.pages.dev/599
  • 55ijfe61y8.pages.dev/68
  • 55ijfe61y8.pages.dev/327
  • berdasarkan batu nisan kuno yang ditemukan di indonesia